Musim panas yang tidak terlalu panas. Bisakah dikatakan seperti itu? Sekarang masih pertengahan bulan Agustus yang pasti. Liburan musim panas sedang dijalani oleh anak-anak Eropa, dan tentu saja termasuk Satoshi Takayama. Oke, dia mungkin memang bukan orang Eropa tapi dia tinggal di Eropa dan bersekolah di Eropa. Jadi, ia juga menikmati liburan musim panas ini. Apa kegiatannya selama liburan?
Membaca.
Satoshi tidak terlalu suka olahraga, dia lebih suka berkutat dengan buku. Olahraga yang ia sukai hanya badminton. Tahu kan, dimana kau melempar benda yang namanya kok dan terbuat dari bulu, lalu saling memukulkannya dengan raket? Itulah. Tidak terlalu memakan banyak tenaga dan jurus-jurus aneh seperti basket dan sepakbola (sungguh keterlaluan kalau tidak tahu kedua olahraga ini). Bukan berarti Satoshi tidak menyukainya, hanya saja ia tidak terlalu lihai jika berlari-lari kesana kamri. Lemah? Tidak. Satoshi tidak lemah! Dia hanya tidak menyukai. Camkan,
tidak menyukai apapun yang namanya bola. Voli, basket, apapun itu—selama bentuknya bundar dan ukurannya besar, tak akan pernah didekatinya. Nampaknya efek trauma karena tertimpa Bludger waktu kecil. Wajarlah, siapa sih yang tidak trauma jika kepalamu dihantam Bludger, lalu kakimu patah karena jatuh dari sapu?
Bukan hanya trauma pada bola. Satoshi juga trauma pada sapu terbang dan Quidditch. Jangan harap ia mau menaiki sapu terbang lagi. JANGAN HARAP.
Well, kita tak tahu apa yang terjadi nanti. Padahal akan lebih baik jika trauma sapu terbang dan bolanya sembuh.
Kembali ke Satoshi. Sekarang bocah berambut poni ini tengah menikmati bukunya, novel fiksi karangan Edogawa Ranpo dengan tokoh utama Kogoro Akechi. Yup, cerita detektif, Satoshi suka hal-hal yang misterius dan bisa dipecahkan secara ilmiah. Bukannya membandingkan, tapi menurutnya lebih bagus Sherlock Holmes-nya Arthur Conan Doyle. Well, sayangnya Satoshi meminjam buku Sherlock Holmes dari temannya di sekolah, Henrie, buku itu terlalu mahal untuk dibeli dengan uang saku Satoshi yang pas-pasan. Meminta pada orang tuanya tentu saja tidak enak. Tampaknya hanya bisa berharap kalau Natal nanti ia mendapatkan novel lengkap Sherlock Holmes. Novel yang dipegangnya saat ini saja hanya hadiah yang dikirimkan sang paman yang ada di Jepang karena Satoshi mendapatkan peringkat satu terus-menerus di sekolahnya.
Mata Satoshi masih menyusuri kata-demi kata apa yang tertulis di dalam bukunya. Bab mengenai menghilangnya Akechi. Ia menyandarkan duduknya di pohon untuk membuat dirinya lebih santai, karena tampaknya perjalanannya menghabiskan buku ini masih lama sekali. Di sebelah Satoshi, gadis kecil berponi rapi—Yuka, tunangannya, sedang sibuk memperhatikan sesuatu. Entah apa.
- Sebelum kembali dengan selamat, Detektif Akechi dan Profesor Ariake Tedomo kehabisan tenaga. Mereka berdua mulai kehilangan kesadaran, kacau karena kelaparan. Asisten Osone mengatakan kalau ia berusaha mengehentikan Akechi dan Ariake yang berusaha terjun ke laut dari sekoci penyelamat, tidak tahan terluntang-lantung di tengah kepungan air biru. Ia mengatakannya sambil menangis kepada pers. Sepeninggal Profesor Ariake, beliau menitipkan pemeliharaan cucu dan proyek ilmiahnya pada Asisten Osone. Entah kenapa bagi Kobayashi, air mata Osone adalah palsu dan tidak bisa dipercaya.
- Apa yang sebenarnya terjadi di sekoci penyelamat? Kobayashi tentu tidak percaya kalau Akechi telah meninggal. Dan sejak saat itulah ia berencana untuk tetap mengawasi Osone hingga semuanya jelas. Baginya semua masih misteri.
Yeah, tak mungkin Detektif Akechi mati semudah itu. Butuh cara lebih hebat untuk membunuh detektif terkenal sepertinya. Satoshi menggumam sendiri menikmati bacaannya, sampai ketika disadarinya Yuka sudah tak ada di sebelahnya. Great. Kemana gadis itu? Satoshi ditugaskan oleh ibunya untuk menjaga Yuka baik-baik dan lihat sekarang! Yuka berlri-lari entah mengejar apa. Tidak jelas. Semakin jauh dan sesekali ia menyumpah-serapah. Ya ampun. Satoshi berdiri dari duduknya, menutup buknya dan mengejar Yuka dengan setengah berlari, khawatir dengan gadis itu. Yeah, berteriak-teriak seperti orang gila! Siapa yang tidak khawatir? Koko,
Lemur peliharaan Satoshi mengejar di belakang dan dalam sekejap sudah berhasil melampau majikannya. Oke, sia-sia menyaingi seekor monyet-ekor-bergaris yang memang dasarnya gesit dan lincah. Satoshi berteriak-teriak mengejar Yuka yang diarasanya semakin menjauh saja, nafasnya tersengal, “Yuka! Oi, Yuka! Tunggu!”
Tiba-tiba Yuka berhenti, dan tampak kesal. Terlihat dari geraknya menapak rumput kesal dan bertolak pinggang, dan kata-kata makian keluar dari mulutnya. Satoshi berhenti tepat di depan Yuka, mengatur nafasnya sejenak, matanya melirik Koko yang pergi menjauh—mengejar Jembalang. Jadi daritadi monyet itu mengejar Jembalang, eh? Satoshi kira ia mengejar Yuka.
“Toshi-chan!! Lihat, kakiku digigiti Jembalang sialan itu! Sakit sekali. Huh, sayang aku tak berhasil menangkapnya. Ia sudah menghilang lebih dulu dan... AARGGH!! LIHAT SAJA NANTI!!!” Yuka berbalik dan berdecak kesal, menceritakan soal Jembalang yang dikejarnya. Apa asyiknya, sih mengejar Jembalang? Satoshi mengangkat alisnya dan melipat kedua tangannya di depan dada, buku novelnya tergenggam di tangan kanan, “Cuma Jembalang, Yuka. Biar sajalah. Kau digigit? Ya Tuhan, semoga tidak ada penyakit Rabies yang ditimbulkannya! Dan tentu saja itu tidak mungkin. Coba kulihat lukanya,” ujar Satoshi tertawa kecil dan merunduk, memeriksa kaki Yuka yang terluka. Kaki kanan, dan ada bekas gigitan disana. Tak cukup dalam dan tidak berdarah, berarti kaki Yuka baik-baik saja. Satoshi kembali berdiri dan menggelengkan kepalanya pada tunangannya, “Tidak apa, kau akan baik-baik saja. Tapi lebih baik cuci lukamu dan—”
“Yuka, Satoshi! Kemari, ada surat untuk kalian.”Oops. Suara ibu Satoshi, Midori Takayama. Surat?
Siapa? Yuka menatap Satoshi dengan pandangan bertanya dan tentu saja—Satoshi tak tahu apa-apa. Ia mengedikkan bahu dan mengangguk pelan pada ibunya, tanda mereka akan segera menghampirinya. Yuka menjawab panggilan Midori dan menggandeng tangan Satoshi, mengoceh dan menuduh kalau Satoshi yang membocorkan keberadaan mereka di Forest of Unknown pada orang lain yang dalam hal ini adalah teman sekolah mereka. Dituduh seperti itu alis Satoshi bertaut dan menepis gandengan tangan Yuka. Bodo amat kalau tunangannya itu marah karena seenaknya menepis gandengan, “Kau tahu aku tidak seperti itu, Yuka! Tentu saja tidak, kalau soal membocorkan sesuatu bukannya kau jagonya?” sindir Satoshi dan berjalan mendahului Yuka, merasa tersinggung. Satoshi tak suka dituduh sembarangan tanpa bukti. Mana buktinya kalau ia yang membocorkan keberadaan mereka berdua di liburan musim panas ini?
“Buka dan bacalah. Itu surat dari Hogwarts. Ah, senang sekali rasanya tahu kalian diterima masuk kesana...!” , ujar Midori menyerahkan amplop cokelat begitu Satoshi dan Yuka menginjak dapur, disertai dengan hujanan ciuman serta pelukan erat. Satoshi mengerang dan mengeluh, berusaha untuk lepas dari pelukan sang ibu, “Kaa-san, lepaskan..,” keluhnya dan begitu juga Yuka, gadis itu minta dilepaskan dari lepukan. Setelah berhasil terlepas, kedua anak itu mencari nafas karena sesak akibat pelukan, dan Yuka segera membuka suratnya. Begitu pula dengan Satoshi, ia juga membuka amplopnya dan segera membacanya.
SEKOLAH SIHIR HOGWARTS
Kepala sekolah: Albus Dumbledore
(Order of Merlin, Kelas Pertama, Penyihir Hebat, Kepala Penyihir, Konfederasi Sihir Internasional)
Mr. Takayama yang baik, Dengan gembira kami mengabarkan bahwa kami menyediakan tempat untuk Anda di Sekolah Sihir Hogwarts. Terlampir daftar semua buku dan peralatan yang dibutuhkan. Tahun ajaran baru mulai 1 September. Hormat saya, Minerva McGonagall Wakil Kepala Sekolah
SEKOLAH SIHIR HOGWARTS
Seragam
Siswa kelas satu memerlikan:
1. Tiga setel jubah kerja sederhana (hitam)
2. Satu topi kerucut (hitam) untuk dipakai setiap hari
3. Sepasang sarung tangan pelindung (dari kulit naga atau sejenisnya)
4. Satu mantel musim dingin (hitam, kancing perak)
Tolong diperhatikan bahwa semua pakaian siswa harus ada label namanya.
Buku
Semua siswa harus memiliki buku-buku berikut:
Kitab Mantra Standar (Tingkat 1) oleh Miranda Goshawk
Sejarah Sihir oleh Bathilda Bagshot
Teori Ilmu Gaib oleh Adalbert Waffling
Pengantar Transfigurasi Bagi Pemula oleh Emeric Switch
Seribu Satu Tanaman Obat dan Jamur Gaib oleh Phyllida Spore
Cairan dan Ramuan Ajaib oleh Arsenius Jigger
Hewan-hewan Fantastis dan di Mana Mereka Bisa Ditemukan oleh Newt Scamander
Kekuatan Gelap: Penuntun Perlindungan Diri oleh Quentin Trimble
Peralatan lain
1 tongkat sihir
1 kuali (bahan campuran timah putih-timah hitam, ukuran standar 2)
1 set tabung kaca atau kristal
1 teleskop
1 set timbangan kuningan
Siswa diizinkan membawa burung hantu ATAU kucing ATAU kodok.
ORANGTUA DIINGATKAN BAHWA SISWA KELAS SATU BELUM BOLEH MEMILIKI SAPU SENDIRI!
Hogwarts? Oh, ya, ayah Satoshi pernah mengatakan kalau ia mendaftarkan dirinya ke Sekolah Penyihir Hogwarts. Diterima, kalau begitu? Nothing special. Tanpa tes apapun padahal. Apakah ada hubugannya dengan status darah? Satoshi Pureblood dan Yuka Halfblood. Tidak berpengaruh. Diliriknya Yuka yang sedetik kemudian berteriak-teriak kegiarangan karena bisa menyusul Koichi, kakaknya. Satoshi mendengus, yeah, ada Koichi di Hogwarts dan Satoshi tidak suka itu. Yuka begitu memuja kakaknya, dan Satoshi jelas cemburu. Cemburu pada
calon kakak ipar? Agak tidak masuk akal mungkin, tapi lihatlah kenyataannya, Yuka adalah tunangan Satoshi yang notabenenya akan segera menjadi istri Satoshi kelak!
Sudahlah. Tak perlu cemburu dengan hal sekecil itu.
Satoshi tersenyum tipis dan meletakkan surat serta bukunya di atas meja dapur, mengambil sapu tangan dari saku jinsnya dan membasahinya dengan air dari keran dapur. Didekatinya Yuka dan menyuruh anak itu duduk. Ingat luka gigitan Jemabalang? “Yeah, Koichi, whatever. Duduk Yuka, kita harus membersihkan lukamu,” ujarnya dengan nada tidak suka karena Yuka masih terus-menerus berteriak kegirangan.
--------------------
((OoC: Quote 1 of Akechi's Story credit to Boys Detective (Manga) - Yamada Takatoshi&Edogawa Ranpo Indonesian version))
Label: 1976, Holiday, Summer